28 November 2008

JANGAN MENJUAL NERAKA

Konon, hidup seorang "super salesman"
yang bernama Joni. Joni bisa menjual apapun, dimanapun, kepada siapapun, kapanpun, dan bagaimanapun. Joni adalah pekerja "super keras" ia mulai bereaksi dari pagi buta hingga larut malam, dari hari senin hingga hari minggu tanpa istirahat. Namun Tuhan berkehendak lain, menurutNya sudah waktunya Joni beristirahat, dan Jonipun tanpa sempat pamit meninggal dunia.
Setelah meninggal dunia. Joni bertemu dengan malaikat untuk menentukan bagaimana kehidupan selanjutnya. Berdasarkan pertimbangan malaikat, amal baik Joni sama dengan hal-hal buruk yang ia kerjakan selama hidup di dunia, dengan demikian Joni boleh memilih untuk masuk surga atau neraka. Karena joni salesman yang berpengalaman, maka iapun berhati-hati dalam menentukan pilihan, maka kemudianpun ia bertanya kepada malaikat apa yang ia dapatkan baik disurga atau pun di neraka. Menurut malaikat, surga itu serba bersih, serba teratur dan serba kecukupan. Di surga dapat bertemu dengan para nabi dan orang-orang suci lainnya, bertemu dengan orang yang sepanjang hidupnya mengerjakan perbutatan baik, dan para pemuka agama. Kalau dineraka serba ada, serba bebas, serba enak. Biarpun tidak seteratur surga, tetapi segala kenikmatan di dunia ada di neraka. Bedanya, di neraka semuanya di dapat secara gratis.
Joni pun menimbang kedua pilihan itu dengan sangat hati-hati. Menyadari sepanjang hidupnya selalu menjual dan tidak sempat merasakan kenikmatan duniawi, maka Joni tertarik untuk memilih neraka. Joni adalah salesman dia butuh garansi. Oleh karena itu ia meminta malaikat, kalu seandainya ia memilih neraka dan tidak puas, apakah ia boleh pindah ke surga. Malaikatpun kembali melihat catatan, dan ternyata aturan mengenai itu dimungkinkan selama Joni tingggal di neraka minimum enam bulan sejak masuk. Joni pun setuju dan ia pun masuk se ke dalam neraka.
Enam bulan kemudian pagi-pagi benar ada keributan di depan markas malaikat. Seoang pria menggedor-gedor pintu sambil berteriak-teriak marah. Malaikatpun keluar dan bertanya apa duduk permasalahanya. Si pria itu ternyata baru datang dari neraka dan marah-marah karena merasa ditipu oleh malaikat. Apa yang dikatakan malaikat tentang neraka enam bulan lalu ternyata tidak benar. Di neraka menurut pria ini serba panas, dimana-mana ada api dan selalu dikejar-kejar setan dengan pedang yang membara, dan tidak ada satupun kenikmatan duniawi yang dapat di temuinya.
Malaikat lalu bertanya siapa nama pria tersebut. Dan pria tersebut menjawab Joni malaikat melihat ke catatan Joni, Joni yang mana kerena banyak Joni-Joni yang lain. Dengan kesal Joni menjawab bahwa ia adalah joni sang "super salesman". Malikat itu kemudian dengan teliti melihat catatan mereka, dan menjawab"Oooo..., kamu Joni "super salesman" yang hebat itu. Kenapa harus marah-marah seperti itu? Kalau aku tidak mengatakan begitu kepadamu enam bulan yang lalu, kamu pasti tidak mau masuk neraka. Ah masak gitu saja marah, dahulukan kamu salesman?, saya juga salesman juga!," ujar malaikat dengan tatapan penuh ejekan.

Cerita ini sebuah kasus, yang mengungkapkan segala cara boleh digunakan oleh penjual, yang penting terjadi penjualan.Cara seperti itu akan menimbulkan situasi dimana sipenjual akan selalu mencari korban agar terjadi transaksi penjualan. Cara seperti ini merupakan pencerminan paradigma berpikir bahwa penjualan adalah ahir pemasaran. setelah melakukan penjualan, penjual akan selalu berpikir untuk mencari calon pembeli baru, demikian seterusnya kejadian berulang. Paradigma berpikir seharusnya adalah: penjualan merupakan titik awal dari hubungan seumur hidup antara penjual dan pembeli, yang harus kita ketahui dan pahami bahwa tujuan penjualan adalah menawarkan produk barang atau jasa kepada konsumen supaya terjadi transaksi jual beli, yang dilakukan sesering mungkin dimana penjual untung pembeli untung.
Mungkin pemahaman lebih dalam tentang customer dapat memberikan cara berpikir yang berbeda. Banyak orang yang menyamaratakan istilah customer, padahal customer dibagi kedalam beberapa kategori, dimana masing-masing kategori tersebut membutuhkan treatment yang khas. Dengan treatment yang benar maka tujuan penjualan yang benar dapat diraih, kesetiaan customer dapat diperoleh dan pekerjaan menjual jadi lebih mudah, membagi customer ke dalam anak tangga dari bawah hingga atas seperti: Suspect, Prospect, Customer, client, danyang tertinggi adalah Advokate.
Suspect adalah mereka yang sudah terekpos pada produk atau jasa yang akan kita jual, atau mengenal perusahaan yang memproduksi produk tersebut, atau kita sebagai penjualnya, Prospect adalah orang yang kita tuju secara serius dalam melakukan penjualan barang atau jasa yang kita tawarkan, karena ketertarikan dengan produk yang kita tawarkan.
Customer adalah orang-orang yang telah membeli produk atau jasa yang kita jual. Untuk sampai ketahap customer, seseorang harus melewati tahap mengetahui, kemudian tertarik, berhasrat, dan ahirnya membeli.
client adalah orang yang telah membeli produk barang atau jasa kita, lebih daru satu kali, client adalah Customer yang membeli ulang bukan semata-mata karena kebutuhan produk barang atau jasa tersebut, melainkan mereka merasa telah dipuaskan oleh produk atau jasa yang kita jual.
Advokate adalah mereka yang bukan hanya membeli produk atau jasa untuk mereka sendiri, melainkan juga mereferensikan produk barang atau jasa yang mereka gunakan kepada yang lain. Terlebih lagi seorang Advokate mempunyai kreadibility dan realibity yang lebih tinggi dimata calon customer, karena mereka mau memberikan referensi dan testimony secara gratis.
Menciptakan Advokate sebanyak mungkin harus menjadi tujuan, dimana kuncinya adalah customer tidak akan menjadi client. Client tidak akan menjadi advokate jika kepuasan yang diterima hanya biasa-biasa saja.

diambil dari majalah manajement best
practice no 182 mei-juni 2004

24 November 2008

MENGHILANGKAN KEBIASAAN MENUNDA-NUNDA PEKERJAAN

Apakah anda termasuk orang yang suka menunda-nunda pekerjaan? Apabila jawabannya “ya”, saya ucapkan selamat atas kejujuran anda. Sampai batas-batas tertentu kita semua memang begitu. Menunda pekerjaan sudah menjadi ciri yang universal.

Menunda pekerjaan lebih banyak ruginya dariada untungnya, penundaan adalah penghambat efektivitas dan efesiensi yang berlaku uviversesal. Dibawah ini saya mencoba menguraikan beberapa contoh yang menujukan betapa penundaan akan membawa dampak yang amat merugikan

Ciri si penunda pekerjaan dan akibatnya:

  1. menyia-nyiakan waktu sekarang.

Ingat hari ini adalah satu-satunya waktu yang kita miliki, kalau disia-siakan tidak bias diraih atau diganti dengan waktu yang lain.

  1. Kelalaian memamfaatkan hidup secara penuh

Orang memamfaatkan hidup secara penuh adalah mereka yang dari waktu ke waktu selalu berusaha dengan bergairah untuk mencapai prestasi dan menikmati kesenangan. Tentu saja ini tidak dapat dinikmati oleh meraka yang penunda untuk mengulur waktunya

  1. Kebosanan

Ketahuialh cara hidup kita adalah pilihan kita. Memilih kebosanan sebagai cara hidup adalah cara lain si penunda pekerjaan untuk mengulur waktunya

4 Keinginan untuk berkerya dalam kebiasaan terdesak

Kebiasaan menunngu sampai detik-detik terakhir umum selalu dilakukan orang-orang sipenunda pekerjaan. Lihatlah pembayaran telepon PDAM setiap tanggal jatuh tempo orang berdesak-desakan akan membayar. Stres akan meningkat bila hal ini terus dibiasakan

5 Pengejaran tujuan yang tidak berarti

Mereka yang penunda tidak pernah serius mengejar tujuannya, peluang mereka untuk mengejar yang diraihnya adalah nol

6 Masalah-masalah yang terpecahkan

Mereka yang penunda ingin semua masalahnya dipecahkan oleh waktu. Suatu hal yang tidak mungkin untuk bisa kita lakukan untuk semua masalah

7 Frustasi yang berkepanjangan

Tidak seorangpun ingin merasa kecewa. Siapasih yang tidak pernah kecewa? Mereka yang penunda akan sering memenuhi kekecewaan, dan kadanya pun lebih dalam

8 Akibat lain menunda pekerjaan

Yang pasti kesehatan kita terganggu, karir yang terus madek, hidup yang penuh ketidakpastian, hubungan interpersonal yang kurang serasi, keletihan pada stadium puncak (kronis)


Mengapa kita sering menunda-nunda pekerjaan

Menurut para pakar, sebagaian besar penyebab dari penundaan pekerjaan adalah bersifat emosional contohnya

  • Menghindari tugas berat

  • Menghidari tugas yang menyenangkan

  • Dalih bagi hasil kerja yang tidak memuaskan

  • Untuk memperoleh simpatik

  • Menyuruh orang lain melaksanakan pekerjaan

  • Melindungi citra diri yang lemah

  • Menghindari perubahan

  • Alasan yang lain: Pekerjaan tidak sesuai dengan situasi, belum cukup data, tidak mendesak dan tidak penting, terlalu banyak janji, waktu pelaksanaan memang tidak memadai


Teknik jangan sampai menunda pekerjaan

Apabila anda menunda suatu pekerjaan, pada hakekatnya anda sedang beristirahat, dan bagian yang paling sulit adalah memulai aktif kembali. Sebaliknya begitu bergerak akan tidak mudah untuk berhenti. Mudah-mudahan teknik ini dapat membantu dalam mengatasi kebiasaan menunda-nunda pekerjaan. Caranya:

1. Sadarilah dan akuilah bahwa penundaan pekerjaan merupakan suatu yang tidak ada mamfaatnya, bahkan banyak yang merugikan

Dengan menunda pekerjaan maka emosi anda akan selalu tegang. Apakah anda ingin hidup dengan selalu mengalami kekecewaan, keletihan dan tenggelam dalam rasa bosan yang mencekik?

  1. Tetapkanlah tugas-tugas yang berat, dan pecahkanlah menjadi tugas yang kecil

Ibaratnya anda ingin memindahkan satu truk pasir tidak mungkin anda memindahkan sekaligus, angkutlah sekeranjang demi sekeranjang dalam beberapa waktu pasti habis

  1. Hadapilah tugas-tugas yang tidak menyenangkan secara sunguh-sunguh

Jika anda membiarkan begitu saja tugas yang tidak menenangkan bukanya akan hilang tapi sebaliknya akan menjadi semakin buruk.

  1. Lakukanlah pekerjaan yang memerlukan gerakan fisik saat awal, sebelum melaksanakan tugas lainya

Gerakan fisik anda untuk menjaga konsistensi semangat berikutnya

5. Mamfaatkan gerak hati anda

Pernahkah anda berkata” belum bergerak hati saya untuk mengejakan sekarang ini” jangan menunggu ada mood baru mulai bekerja, lebih baik kerjakan sedikit demi sedikit dan lama-lama hati anda akan tergerak melakukannya

6. Banyangka sesuatu yang penting

Catatlah hal yang menyenangkan akan terjadi bila anda menyelesaikan tugas itu dengan segera, dan banyangkan yang negatif pula bila pekerjaan itu ditunda

7. Buatlah perjanjian

Katakanlah dengan atasan anda kesanggupan menyelesaikan jauh lebih cepat ketimbang yang ditentukan atasan

8. Bila penundaan tersebut adalah yang masuk akal

Tentukan batas waktu, dapatkan informasi lebih banyak, jangan berjanji terlalu banyak, tentukan jadwal yang realistis.

9. Pastikan bahwa setiap hari itu bermamfaat

Ingat kehidupan ini terlalu singkat untuk disia-siakan dengan sikap fasif “Masa depan ditentukan dari sekarang”



10. Jangan terlalu merasa bosan

Jangan terbelengu dengan rutinitas, dobrak dengan semangat dan kreatifitas serta dinamisasi

11. Sering-seringlah bertannya kepada dirisendiri

“Bagaimana saya dapat memamfaatkan waktu dan tenaga dengan sebaik-baiknya sekarang ini juga”


Akhirnya, Ajukan pertanyaan ini kepada diri sendiri setiap pagi”Masalah terbesar apakah yang akan saya hadapi sekarang, dan apa yang harus saya lakukan untuk mengatasinya hari ini juga”

22 November 2008

Pelajaran pertama tentang kepemimpinan

Seoang raja yang sudah memasuki usia senja sedang mempersiapkan putranya agar suatu ketika kelak dapat menggantikan dirinya. Ia mengirim putranya kepada seorang bijak untuk belajar mengenai kepemimpinan .

Setelah menempuh perjalanan panjang, bertemulah putra mahkota ini dengan seorang bijak. “Aku ingin belajar padamu cara memimpin bangsaku” katanya. Orang bijak menjawab, “Masuklah engkau ke dalam hutan dan tinggalah selama setahun. Engkan akan belajar mengenai kepemimpinan.”

Setahun berlalu, Kembalilah putra mahkkota ini menemui si orang bijak. “Apa yang sudah engkau pelajari?” Tanya orang bijak. “Saya sudah belajar bahwa inti kepemimpinan adalah mendengarkan .” jawabnya “Lantas apa yang sudah engkau dengarkan?” “Saya sudah mendengarkan bagaimana burung-burung berkicau, air mengalir, angin berhembus serta serigala melolong di malam hari”jawabnya. “Kalau hanya itu yang engkau dengarkan berarti engkau belum memahami arti kepemimpinan. Kembalilah ke hutan dan tinggalah di sana satu tahun lagi,” kata si orang bijak.

Walaupun penuh keheranan, putra mahkota ini kembali mengikuti saran tersebut, setahun berlalu dan kembalilah ia kepada si orang bijak. “Apa yang sudah engkau pelajari,” Tanya orang bijak. “Saya sudah mendengarkan suara matahari memanasi bumi, suara bunga-bunga yang mekar merekah serta suara rumput yang menyerap air.” “Kalau begitu engkau sekarang sudah siap mengantikan ayahmu. Engkau sudah memahami hakekat kepemimpinan “ kata si orang bijak seraya memeluk sang puttrra mahkota

Syarat utama kepemimpinan adalah kemampuan mendengarkan. Manusia di ciptakan dengan dua telinga dan satu mulut. Ini adalah isyarat kita perlu mendengar dua kali sebelum berbicara satu kali. Mulut juga didisain tertutup sementara telinga kita dibuat terbuka. Ini juga pertanda bahwa kita perlu lebih sering menutup mulut dan membuka telinga.

Semua masalah yang terjadi di dunia ini senantiasa bermula dari satu hal: kita terlalu banyak bicara tapi kurang mau mendengarkan orang lain. Kita memiliki statement(pernyataan), tapi terlalu sedikit kemauan mendengakan pihak lain. Tetapi , mendengarkan dengan telinga baru merupakan tingkat pertama mendengarkan. Seperti yang ditunjukan cerita di atas, seoarng pemimpin bahkan dituntut untuk dapat memdengarkan hal-hal yang tak bisa didengarkan, menangkap hal–hal yang tak dapat di tangkap serta merasakan hal-hal yang tak dapat dirasakan oleh kebanyakan orang.

Sorang pemimpin perlu mendengarkan dengan mata. Inilah tingkat kedua memdengakan. Dalam proses komunikasi ada banyak hal yang tidak dapat dikatakan tapi sering ditunjukan dengan tingkah laku dan bahasa tubuh. Orang mungkin tidak mengatakan keberatan memenuhi permintaan anda, tapi bahasa tubuhnya menunjukan hal sebaliknya. Seorang karyawan yang merasa gajinya terlalu rendah mungkin tidak menyampaikan keluhannya dalam bentuk kata-kata tetapi dalam bentuk perbuatan Nah, kalau anda tidak dapat menangkap tanda-tanda ini. Anda belum memiliki kepakaan yang diperlukan sebagai pemimpin.

Tingkat ketiga adalah mendengarkan dengan hati. Inilah tangkat memdengarkan yang tertingi. Penyair Kahlil Gibran menggambarkan hal ini dengan mengatrtakan “ Adalah lebih baik untuk memberi jika di minta, tetapi jauh lebih baik bila memberi ta,mpa diminta.”Kita memberikan sesuatu kepada orang lain karena penghayatan, rasa empati serta kepekaan kita akan kebutuhan oranng lain. Disini orang tidak perlu mengatakan atau menunjukan apapun, kitalah yang langsung dapat mengankap apa yang menjadi kebutuhannya. Komunikasi berlangsung dari hati kehati dengan mengunakan “kecepatan cahaya”