21 Januari 2009

kebenaran yang tersenbunyi

Ada seorang ahli hikmah berkata bila Tuhan memberi nikmat kepada kita, sebenarnya dia ingin kita tahu bahwa Dia itu Maha Baik; sebaliknya bila Dia memberi musibah kepada kita, sebenarnya Dia itu ingin memberi kita hikmah. Bila kita renungkan, rasanya memang benar demikian. Kalau kita terpaku hanya pada musibahnya saja, maka jelas bagaimanpun musibah itu pasti jelek; namun bila kita tidak memfokuskanhanya pada musibah itu saja, tetapi melihat segala aspek yang ada, maka akan justru terlihat karena adanya musibah itulah hidupnya memjadi lurus. Hal ini mungkin lebih jelas kalau kita lihat tahi lalat yang berada di wajah seorang wanita, kalau kita memfokuskan pada tahi lalat itu saja, maka memang tahi lalat itu buruk sekali. Tetapi kalu kita pandang wajah wanita itu secara keseluruhan, justru wajahnya cantik karena ada tahi lalat itu!
kita juga sering mendambadambakan mempunyai harta yang melimpah, pangkat yang tinggi, ataupun menjadi orang yang sangat terkenal. begitu tingginya keinginan itu sehingga seringkali kita wujudkan dalam tindakan berupa menundukan atau merendahkan diri sedemikian rupa pada orang-orang kaya atau pada orang-orang yang berpangkat. Padahal statistik menunjukkan bahwa orang kaya atau berpangkat itu lebih banyak stres ataupun tenggelam pada kemaksiatan ketimbang petani miskin di desa. Jadi sebenarnya menjadi kaya raya ternyata bukan jaminan untuk hidup bahagia, apalagi untuk masuk surga.
Dari uraian singkat diatas, bukan berarti kita tidak boleh kaya tapi kita harus pandai-pandai pada saat menerima musibah ataupun pada waktu mendapatkan kesenangan/kenikmatan hidup. karena ternyata musibah maupun kesenangan itu bisa saja mempunyai makna yang sebaliknya. Bila hai ini kita fahami dengan baik, maka kita tidak akan "memarahi" Tuhan ketika ketika Dia memberi kita musibah; ataupun mengira Dia pasti meridoi segala perbuatan kita (termasuk maksiat!), bila kita ditenggelamkan-Nya dalam kesenangan atau kenikmatan duniawi. Demikian juga, kita tidak akan termasuk orang yang salah kaprah, yaitu memohon ampun pada saat menerima nikmat dan bersukur pada saat menerima musibah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar