09 Desember 2008

siapa yang tahu?

Pada zaman dahulu ada seorang raja yang amat zalim. Pada suatu ketika raja zalim ini tertimpa penyakit yang amat berat, Seluruh tabib yang ada di kerajaan itu di kumpulkan. Di bawah ancaman pedang, mereka di suruh menyembuhkannya. Namun sanyangnya tidak ada satu tabibpun yang mampu menyembuhkan penyakit yang dideritanya itu. Hingga ahirnya ada seorang tabib yang mengatakan bahwa penyakit sang raja itu sebenarnya dapat di sembuhkan dengan memakan sejenis ikan, yang sanyangnya saat ini belum musimnya ikan itu muncul kepermukaan. Walaupun raja menyadari hal itu, namun diperintahkan juga semua orang untuk mencari ikan tersebut. Aneh bin ajaib. Ternyata ikan itu sangat mudah di dapatkan! sehingga ahirnya raja sembuh dari penyakit yang dideritanya. Dilain waktu dan tempat, ada raja yang amat terkenal kebijaksanaanya, pada suatu ketika raja bijaksana itu menderita sakit.Ternyata para tabib mempunyai obat yang sama untuk penyakit baginda raja ini adalah dengan memakan sejenis ikan tertentu yang saat ini sedang musimnya muncul ke permukaan laut. Karena itu mereka sangat optimis rajanya akan segera sembuh kembali. Tapi apa yang terjadi? ternyata ikan yang seharusnya banyak di jumpai di perkmukaan laut, tidak satupun yang tampak! Walaupun pihak kerajaan telah mengerahkan seluruh ahli selamnya, tetap saja ikan tersebut tidak ditemukan. Sehingga raja yang bijaksana itu manggkat !
Dikisahkan para malaikatpun bingung dengan kejadian itu. Akhirnya mereka menghadap Tuhan dan memberanikan diri bertanya "Ya Tuhan kami, apa sebabnya engkau menggiring ikan-ikan itu kepermakaan laut sehingga raja yang zalim itu selamat, sedangkan sewaktu raja yang bijaksana itu sakit, Engkau menyembunyikan ikan-ikan tersebut ke dasar laut sehingga raja yang baik itu meninggal?" Tuhan pun berfirma, "Wahai para malaikatku, sesungguhnya raja uang zalim itu telah berbuat kebaikan. Karena itu aku balas kebaikannya itu, sehingga nati pada waktu dia menghadap-Ku, tidak adalagi kebaikan sedikitpun yang akan dibawanya. Dan akan aku tempatkan di neraka yang paling bawah! sementara raja yang bijak itu pernah berbuat salah kepada-Ku, karena itu aku hukum dia dengan menyembunyikan ikan-ikan itu, sehingga nanti dia akan menghadap-Ku dengan seluruh kebaikannya tanpa ada sedikitpun dosa yang dibawanya; karena hukuman atas dosanya itu telah kutunaikan seluruhnya didunia
Kita dapat mengambil sedikitnya tiga pelajran dari tutur bersayap ini. Pelajaran pertama adalah: Ada kesalahan yang hukumannya langsung di tunaikan Allah di dunia ini pula, sehingga dengan demikian di akhirat nanti tidak diperhitungkan-Nya lagi (kenyakinan ini dapat menguatkan iman kita ketika sedang tertimpa musibah) Pelajaran kedua adalah: Bila kita tidak tertimpa musibah, jangan terlena. Jangan-jangan Allah 'menghabiskan' tabungan kebaikan kita (kenyakinan ini dpt menjaga kita untuk tidak berbuat seenaknya dengan lezatnya duniawi sehingga meninggalkan urusan akhirat) Pelajaran ketiga adalah: Siapa yang tahu maksud Allah?

06 Desember 2008

kecil itu indah

Banyangkan suatu ketika kita naik bus ke daerah pegunungan, dimana disamping jalannya berkelak-kelok dan menanjak, di sebelah kanan jalan pun terbentang jurang yang dalam. Tiba-tiba kendaraan di depan bus yang kita tumpangi entah bagaimana menumpahkan oli yang mengakibatkan jalan seketika menjadi licin. Bus yang kita naiki akibatnya slip tidak bisa maju, bahkan mulai bergerak mundur. Di rem pun percuma, karena jalan menjadi sedemikian licinya. Semua penumpang panik berhamburan keluar karena takut bus yang kita tumpangi masuk ke dalam jurang. Mereka pun berusaha mencaru batu untuk mengganjal ban. Tetapi malangnya di sekitar itu kebetulan tidak diketemukan batu sebutirpun. Padahal selama perjalanan tadi batu-batuan banyak berserakan di sepanjang jalan. Batu yang tadinya tidak ada harganya sama sekali, sekarang di jual seratus ribupun dijamin laku!

Message yang ingin disampaikan disini dari peristiwa diatas bukannya berarti kita sedang naik bus lalu ketemu batu, batu itu harus kita pungut, tetapi message yang ingin dikemukakan disini adalah janganlah meremehkan yang kecil-kecil. Karena yang kecil bisa jadi suatu ketika akan menjadi sangat besar nilainya. Jangan kita remehkan ibadah-ibadah yang kelihatanya sepele, karena yang sepele ini boleh jadi justru akan memetukan posisi timbangan kita di pengadilan ahir kelak. Ucapan salam, mengunjungi orang sakit, memenuhi undangan, senyum, istigfar, sedekah dan ibadah-ibadah lainya yang seringkali kita abaikan karene kecilnya.

05 Desember 2008

Tidak perlu ber mimpi dahulu

Ada seorang yang bermimpi dirinya di kejar kejar oleh seekor ular naga yang ganas. Dalam mimpinya itu, ia lari lintang-pukang. Namun malangnya, seberapapun ia berlari, ular naga yang selalu menyemburkan api dari mulutnya itu tetap saja dapat mengikutinya. Kemanapun ia bersembunyi, selalu saja dapat di temukan oleh ular naga itu. Dalam kepanikanya, ahirnya ia berjumpa dengan seorang tua renta yang wajahnya bercahaya bak rembulan. Berharap bahwa orang tua ini sakti mandraguna, ia pun lantasmeminta batuan padanya untuk mengusir ular naga itu. Tetapi sang kakek yang berwajah bak rembulan ini, ternyata malahan menangis sambil mengatakan bahwa dirinya terlalu lemah untuk menghadapi ular naga yang galak itu. Dengan rasa panik yang amat sangat, ia pun lari tungangang-langgang menghindari sang ular naga yang tampak semakin bernafsu untuk melumatkan dirinya. Untunglah pada keadaan kritis tersebut ia segera terbangun.
Meskipun hanya mimpi, tetapi hal ini memberikan kesan yang memdalam bagi jiwanya. Maka di carilah orang yang terkenal pandai membaca tabir mimpi "ular naga itu adalah penjelmaan amal salahmu, sedangkan orang tua renta yang berwajah rembulan itu adalah wujud dari amal salehmu," begitulah tutur sang ahli pembaca mimpi
Mendengar hal itu, orang ini pun tertegun sambil mengingat-ngingat perbuatannya selama ini. "Pantas saja kalau orang tua yang berwajah rembulan itu tidak bisa menolongku, karena amal salehku lebih sedikit dibandingkan pembangkanganku terhadap tuhan" katanya lirih
Ahirnya orang itupun bertekad untuk bertobat dengan sungu-sunguh, yaitu ia akan selalu mentaati perintah Tuhan dan menjahui segala larangan-Nya.
Sebenarnya kisah diatas ini tidaklah aneh, karena memang karena setiap orang pernah bermimpi. Tetapi apakah kita harus bermimpi dikejar naga dahulu baru bertobat?Apakah kita lupa sudah berapa banyak saudara kita yang meninggal tanpa dempat dikejar oleh sang naga?

Belajarlah dari Burung dan Cacing!

Bila kita sedang mengalami kesulitan hidup karena himpitan kehidupan, maka cobalah kita ingat pada burung dan cacing, Burung setiap pagi keluar dari sarangnya untuk mencari makan tanpa mengetahui di mana ia harus mendapatkannya, karena itu, kadangkala sore hari ia pulang dalam keadaan perut kenyang, kadang pula ia pulang membawa oleh-oleh makanan untuk keluarganya, tetapi sering pula ia pulang ke sarangnya dalam keadaan masih keroncongan. Meskipun burung tanpaknya lebih sering mengalami kekurangan makanan karena tidak punya kantor yang tetap (apalagi setelah lahannya banyak berubah menjadi real estate) atau trayek yang jelas, namum yang jelas kita tidak pernah melihat ada burung yang berusaha untuk bunuh diri!. Kita tidak pernah melihat burung yang tiba-tiba menukik membenturkan kepalanya ke batu cadas, atau kita tidak pernah melihat ada burung yang sekonyong-konyong meluncukan dirinya kedalam sungai!. Nampaknya burung menyadari benar bahwa demikianlah hidup, suatu waktu ada di atas di waktu lain akan terhempas ke bawah. Suatu waktu kekenyangan dan lain waktu kelaparan.
Sekarang marilah kita melihat binatang yang lebih lemah dari burung, yaitu cacing. Binatang ini seolah-olah tidak mempunyai sarana yang layak untuk mencari makanannya. Cacing tidak mempunyai tangan, kaki, tanduk, atau bahkan mungkini a tidak mempunyai mata dan telinga. tetapi cacing serupa dengan makhluk Tuhan lainya yaitu ia mempunya perut yang bila tidak di isi maka ia akan mati. Kalau kita bandingkan dengan manusia yang di ciptakan oleh Tuhan paling sempurna dibandingkan dengan makhlik-makhluk ciptaanl ainya, banyak yang kalah hanya dengan seekor cacing. Manusia banyak bunuh diri akibat merasa kesulitan dalam mencari nafkan hidupnya, sementara tita tidak pernah melihat ada cacing yang membentur-benturkan kepalanya ke batu!

02 Desember 2008

Masih banyakkah oksigen kita

Ahli hikmah mengatakan bahwa perjalan hidup manusia tidak ubahnya sebagai seorang penyelam mutiara. Seorang penyelam mutiara itu dalam melaksanakan tugasnya selalu berbekal tabung oksigen yang dibawa di punggungnya. Ketika ia hendak terjun menyelam, niatnya tiada lain hanya ingin mencari tiram mutira sebyak-banyaknya. Tetapi begitu ia terjun ke laut, ternyata saat itu pula ia mulai lupa pada tiram yang harus ia carinya. Pandangan di bawah laut yang sangat mempesona, dengan bunga karang dan ikan hias berwarna-warni yang sangat indah, membuatnya silau. Ia pun lalu terlena bercanda ria mengejar-ngejar ikan yang berwarna-warni tersebut.
Melupakan tugas semula yaitu mencari tiram mutiara yang berada jauh di dasar laut sana. Hingga pada suatu saat, ahirnya pun merasa bahwa oksigen di pungungnya tinggal sedikit lagi. Maka timbul rasa takutnya, tak terbanyangkan olehnya kemarahan majikannya bila ia muncul kepermukaan tanpa membawa sejumlah tiram mutiara yang diharapkan. Dengan tergesa-gesa, karena persediaan oksigen dalam tabungnya sudah menipis, ia berusaha mengambil tiram yang ada sebanyak-banyaknya. Namun sanyang, fisiknya yang kelelahan setelah bercanda ria dengan ikan-ikan hias yang indah itu tidak mampu menunjang lagi.
Akhirnya isi tabung benar-benar kosong, sehingga meskipun tiram mutiara yang di bawanya tinggal sedikit, ia mau tak mau harus muncul ke permukaan laut. Malangnya lagi, kerena terburu-buru ia tidak sempat mengikat kantongnya dengan baik, sehingga ketika tersenggol ikan yang berseliweran di sampingnya, tiram mutiara yang sudah di dapatnya dengan susah payah itu sebagian tumpah keluar.
Di permukaan, majikannya telah menunggu. Ketika dilihatnya isi kantong si penyelam tidak berisi tiram sebagaimana yang diharapkan, maka ia pun memcaci-maki penyelam itu dan saat itu pula si penyelam di pecat tanpa diberi pesangon sedikipun! dengan penuh rasa penyesalan si penyelam meminta kesempatan ulang untuk menyelam kembali, namun majikannya menolak, "Lebih baik aku memakai orang lain daripada memakai engkauyang hanya pandai membuang-buang oksigen saja!"katanya ketus
Yang ingin disampaikan dalam kisah ini yaitu perupamaan yang begiytu mirip dengan perjalannan hidup manusia di dunia. Tabung oksigen melambangkan umur manusia, tiram mutiara melambangkan pahala dan tiram mutiara yang tumpah itu melambangkan pahala yang hilang karena ria, sedangkan keindahan yang ada di dalam lautan melambangkan godaan-godaan akan kenikmatan duniawi

28 November 2008

JANGAN MENJUAL NERAKA

Konon, hidup seorang "super salesman"
yang bernama Joni. Joni bisa menjual apapun, dimanapun, kepada siapapun, kapanpun, dan bagaimanapun. Joni adalah pekerja "super keras" ia mulai bereaksi dari pagi buta hingga larut malam, dari hari senin hingga hari minggu tanpa istirahat. Namun Tuhan berkehendak lain, menurutNya sudah waktunya Joni beristirahat, dan Jonipun tanpa sempat pamit meninggal dunia.
Setelah meninggal dunia. Joni bertemu dengan malaikat untuk menentukan bagaimana kehidupan selanjutnya. Berdasarkan pertimbangan malaikat, amal baik Joni sama dengan hal-hal buruk yang ia kerjakan selama hidup di dunia, dengan demikian Joni boleh memilih untuk masuk surga atau neraka. Karena joni salesman yang berpengalaman, maka iapun berhati-hati dalam menentukan pilihan, maka kemudianpun ia bertanya kepada malaikat apa yang ia dapatkan baik disurga atau pun di neraka. Menurut malaikat, surga itu serba bersih, serba teratur dan serba kecukupan. Di surga dapat bertemu dengan para nabi dan orang-orang suci lainnya, bertemu dengan orang yang sepanjang hidupnya mengerjakan perbutatan baik, dan para pemuka agama. Kalau dineraka serba ada, serba bebas, serba enak. Biarpun tidak seteratur surga, tetapi segala kenikmatan di dunia ada di neraka. Bedanya, di neraka semuanya di dapat secara gratis.
Joni pun menimbang kedua pilihan itu dengan sangat hati-hati. Menyadari sepanjang hidupnya selalu menjual dan tidak sempat merasakan kenikmatan duniawi, maka Joni tertarik untuk memilih neraka. Joni adalah salesman dia butuh garansi. Oleh karena itu ia meminta malaikat, kalu seandainya ia memilih neraka dan tidak puas, apakah ia boleh pindah ke surga. Malaikatpun kembali melihat catatan, dan ternyata aturan mengenai itu dimungkinkan selama Joni tingggal di neraka minimum enam bulan sejak masuk. Joni pun setuju dan ia pun masuk se ke dalam neraka.
Enam bulan kemudian pagi-pagi benar ada keributan di depan markas malaikat. Seoang pria menggedor-gedor pintu sambil berteriak-teriak marah. Malaikatpun keluar dan bertanya apa duduk permasalahanya. Si pria itu ternyata baru datang dari neraka dan marah-marah karena merasa ditipu oleh malaikat. Apa yang dikatakan malaikat tentang neraka enam bulan lalu ternyata tidak benar. Di neraka menurut pria ini serba panas, dimana-mana ada api dan selalu dikejar-kejar setan dengan pedang yang membara, dan tidak ada satupun kenikmatan duniawi yang dapat di temuinya.
Malaikat lalu bertanya siapa nama pria tersebut. Dan pria tersebut menjawab Joni malaikat melihat ke catatan Joni, Joni yang mana kerena banyak Joni-Joni yang lain. Dengan kesal Joni menjawab bahwa ia adalah joni sang "super salesman". Malikat itu kemudian dengan teliti melihat catatan mereka, dan menjawab"Oooo..., kamu Joni "super salesman" yang hebat itu. Kenapa harus marah-marah seperti itu? Kalau aku tidak mengatakan begitu kepadamu enam bulan yang lalu, kamu pasti tidak mau masuk neraka. Ah masak gitu saja marah, dahulukan kamu salesman?, saya juga salesman juga!," ujar malaikat dengan tatapan penuh ejekan.

Cerita ini sebuah kasus, yang mengungkapkan segala cara boleh digunakan oleh penjual, yang penting terjadi penjualan.Cara seperti itu akan menimbulkan situasi dimana sipenjual akan selalu mencari korban agar terjadi transaksi penjualan. Cara seperti ini merupakan pencerminan paradigma berpikir bahwa penjualan adalah ahir pemasaran. setelah melakukan penjualan, penjual akan selalu berpikir untuk mencari calon pembeli baru, demikian seterusnya kejadian berulang. Paradigma berpikir seharusnya adalah: penjualan merupakan titik awal dari hubungan seumur hidup antara penjual dan pembeli, yang harus kita ketahui dan pahami bahwa tujuan penjualan adalah menawarkan produk barang atau jasa kepada konsumen supaya terjadi transaksi jual beli, yang dilakukan sesering mungkin dimana penjual untung pembeli untung.
Mungkin pemahaman lebih dalam tentang customer dapat memberikan cara berpikir yang berbeda. Banyak orang yang menyamaratakan istilah customer, padahal customer dibagi kedalam beberapa kategori, dimana masing-masing kategori tersebut membutuhkan treatment yang khas. Dengan treatment yang benar maka tujuan penjualan yang benar dapat diraih, kesetiaan customer dapat diperoleh dan pekerjaan menjual jadi lebih mudah, membagi customer ke dalam anak tangga dari bawah hingga atas seperti: Suspect, Prospect, Customer, client, danyang tertinggi adalah Advokate.
Suspect adalah mereka yang sudah terekpos pada produk atau jasa yang akan kita jual, atau mengenal perusahaan yang memproduksi produk tersebut, atau kita sebagai penjualnya, Prospect adalah orang yang kita tuju secara serius dalam melakukan penjualan barang atau jasa yang kita tawarkan, karena ketertarikan dengan produk yang kita tawarkan.
Customer adalah orang-orang yang telah membeli produk atau jasa yang kita jual. Untuk sampai ketahap customer, seseorang harus melewati tahap mengetahui, kemudian tertarik, berhasrat, dan ahirnya membeli.
client adalah orang yang telah membeli produk barang atau jasa kita, lebih daru satu kali, client adalah Customer yang membeli ulang bukan semata-mata karena kebutuhan produk barang atau jasa tersebut, melainkan mereka merasa telah dipuaskan oleh produk atau jasa yang kita jual.
Advokate adalah mereka yang bukan hanya membeli produk atau jasa untuk mereka sendiri, melainkan juga mereferensikan produk barang atau jasa yang mereka gunakan kepada yang lain. Terlebih lagi seorang Advokate mempunyai kreadibility dan realibity yang lebih tinggi dimata calon customer, karena mereka mau memberikan referensi dan testimony secara gratis.
Menciptakan Advokate sebanyak mungkin harus menjadi tujuan, dimana kuncinya adalah customer tidak akan menjadi client. Client tidak akan menjadi advokate jika kepuasan yang diterima hanya biasa-biasa saja.

diambil dari majalah manajement best
practice no 182 mei-juni 2004

24 November 2008

MENGHILANGKAN KEBIASAAN MENUNDA-NUNDA PEKERJAAN

Apakah anda termasuk orang yang suka menunda-nunda pekerjaan? Apabila jawabannya “ya”, saya ucapkan selamat atas kejujuran anda. Sampai batas-batas tertentu kita semua memang begitu. Menunda pekerjaan sudah menjadi ciri yang universal.

Menunda pekerjaan lebih banyak ruginya dariada untungnya, penundaan adalah penghambat efektivitas dan efesiensi yang berlaku uviversesal. Dibawah ini saya mencoba menguraikan beberapa contoh yang menujukan betapa penundaan akan membawa dampak yang amat merugikan

Ciri si penunda pekerjaan dan akibatnya:

  1. menyia-nyiakan waktu sekarang.

Ingat hari ini adalah satu-satunya waktu yang kita miliki, kalau disia-siakan tidak bias diraih atau diganti dengan waktu yang lain.

  1. Kelalaian memamfaatkan hidup secara penuh

Orang memamfaatkan hidup secara penuh adalah mereka yang dari waktu ke waktu selalu berusaha dengan bergairah untuk mencapai prestasi dan menikmati kesenangan. Tentu saja ini tidak dapat dinikmati oleh meraka yang penunda untuk mengulur waktunya

  1. Kebosanan

Ketahuialh cara hidup kita adalah pilihan kita. Memilih kebosanan sebagai cara hidup adalah cara lain si penunda pekerjaan untuk mengulur waktunya

4 Keinginan untuk berkerya dalam kebiasaan terdesak

Kebiasaan menunngu sampai detik-detik terakhir umum selalu dilakukan orang-orang sipenunda pekerjaan. Lihatlah pembayaran telepon PDAM setiap tanggal jatuh tempo orang berdesak-desakan akan membayar. Stres akan meningkat bila hal ini terus dibiasakan

5 Pengejaran tujuan yang tidak berarti

Mereka yang penunda tidak pernah serius mengejar tujuannya, peluang mereka untuk mengejar yang diraihnya adalah nol

6 Masalah-masalah yang terpecahkan

Mereka yang penunda ingin semua masalahnya dipecahkan oleh waktu. Suatu hal yang tidak mungkin untuk bisa kita lakukan untuk semua masalah

7 Frustasi yang berkepanjangan

Tidak seorangpun ingin merasa kecewa. Siapasih yang tidak pernah kecewa? Mereka yang penunda akan sering memenuhi kekecewaan, dan kadanya pun lebih dalam

8 Akibat lain menunda pekerjaan

Yang pasti kesehatan kita terganggu, karir yang terus madek, hidup yang penuh ketidakpastian, hubungan interpersonal yang kurang serasi, keletihan pada stadium puncak (kronis)


Mengapa kita sering menunda-nunda pekerjaan

Menurut para pakar, sebagaian besar penyebab dari penundaan pekerjaan adalah bersifat emosional contohnya

  • Menghindari tugas berat

  • Menghidari tugas yang menyenangkan

  • Dalih bagi hasil kerja yang tidak memuaskan

  • Untuk memperoleh simpatik

  • Menyuruh orang lain melaksanakan pekerjaan

  • Melindungi citra diri yang lemah

  • Menghindari perubahan

  • Alasan yang lain: Pekerjaan tidak sesuai dengan situasi, belum cukup data, tidak mendesak dan tidak penting, terlalu banyak janji, waktu pelaksanaan memang tidak memadai


Teknik jangan sampai menunda pekerjaan

Apabila anda menunda suatu pekerjaan, pada hakekatnya anda sedang beristirahat, dan bagian yang paling sulit adalah memulai aktif kembali. Sebaliknya begitu bergerak akan tidak mudah untuk berhenti. Mudah-mudahan teknik ini dapat membantu dalam mengatasi kebiasaan menunda-nunda pekerjaan. Caranya:

1. Sadarilah dan akuilah bahwa penundaan pekerjaan merupakan suatu yang tidak ada mamfaatnya, bahkan banyak yang merugikan

Dengan menunda pekerjaan maka emosi anda akan selalu tegang. Apakah anda ingin hidup dengan selalu mengalami kekecewaan, keletihan dan tenggelam dalam rasa bosan yang mencekik?

  1. Tetapkanlah tugas-tugas yang berat, dan pecahkanlah menjadi tugas yang kecil

Ibaratnya anda ingin memindahkan satu truk pasir tidak mungkin anda memindahkan sekaligus, angkutlah sekeranjang demi sekeranjang dalam beberapa waktu pasti habis

  1. Hadapilah tugas-tugas yang tidak menyenangkan secara sunguh-sunguh

Jika anda membiarkan begitu saja tugas yang tidak menenangkan bukanya akan hilang tapi sebaliknya akan menjadi semakin buruk.

  1. Lakukanlah pekerjaan yang memerlukan gerakan fisik saat awal, sebelum melaksanakan tugas lainya

Gerakan fisik anda untuk menjaga konsistensi semangat berikutnya

5. Mamfaatkan gerak hati anda

Pernahkah anda berkata” belum bergerak hati saya untuk mengejakan sekarang ini” jangan menunggu ada mood baru mulai bekerja, lebih baik kerjakan sedikit demi sedikit dan lama-lama hati anda akan tergerak melakukannya

6. Banyangka sesuatu yang penting

Catatlah hal yang menyenangkan akan terjadi bila anda menyelesaikan tugas itu dengan segera, dan banyangkan yang negatif pula bila pekerjaan itu ditunda

7. Buatlah perjanjian

Katakanlah dengan atasan anda kesanggupan menyelesaikan jauh lebih cepat ketimbang yang ditentukan atasan

8. Bila penundaan tersebut adalah yang masuk akal

Tentukan batas waktu, dapatkan informasi lebih banyak, jangan berjanji terlalu banyak, tentukan jadwal yang realistis.

9. Pastikan bahwa setiap hari itu bermamfaat

Ingat kehidupan ini terlalu singkat untuk disia-siakan dengan sikap fasif “Masa depan ditentukan dari sekarang”



10. Jangan terlalu merasa bosan

Jangan terbelengu dengan rutinitas, dobrak dengan semangat dan kreatifitas serta dinamisasi

11. Sering-seringlah bertannya kepada dirisendiri

“Bagaimana saya dapat memamfaatkan waktu dan tenaga dengan sebaik-baiknya sekarang ini juga”


Akhirnya, Ajukan pertanyaan ini kepada diri sendiri setiap pagi”Masalah terbesar apakah yang akan saya hadapi sekarang, dan apa yang harus saya lakukan untuk mengatasinya hari ini juga”

22 November 2008

Pelajaran pertama tentang kepemimpinan

Seoang raja yang sudah memasuki usia senja sedang mempersiapkan putranya agar suatu ketika kelak dapat menggantikan dirinya. Ia mengirim putranya kepada seorang bijak untuk belajar mengenai kepemimpinan .

Setelah menempuh perjalanan panjang, bertemulah putra mahkota ini dengan seorang bijak. “Aku ingin belajar padamu cara memimpin bangsaku” katanya. Orang bijak menjawab, “Masuklah engkau ke dalam hutan dan tinggalah selama setahun. Engkan akan belajar mengenai kepemimpinan.”

Setahun berlalu, Kembalilah putra mahkkota ini menemui si orang bijak. “Apa yang sudah engkau pelajari?” Tanya orang bijak. “Saya sudah belajar bahwa inti kepemimpinan adalah mendengarkan .” jawabnya “Lantas apa yang sudah engkau dengarkan?” “Saya sudah mendengarkan bagaimana burung-burung berkicau, air mengalir, angin berhembus serta serigala melolong di malam hari”jawabnya. “Kalau hanya itu yang engkau dengarkan berarti engkau belum memahami arti kepemimpinan. Kembalilah ke hutan dan tinggalah di sana satu tahun lagi,” kata si orang bijak.

Walaupun penuh keheranan, putra mahkota ini kembali mengikuti saran tersebut, setahun berlalu dan kembalilah ia kepada si orang bijak. “Apa yang sudah engkau pelajari,” Tanya orang bijak. “Saya sudah mendengarkan suara matahari memanasi bumi, suara bunga-bunga yang mekar merekah serta suara rumput yang menyerap air.” “Kalau begitu engkau sekarang sudah siap mengantikan ayahmu. Engkau sudah memahami hakekat kepemimpinan “ kata si orang bijak seraya memeluk sang puttrra mahkota

Syarat utama kepemimpinan adalah kemampuan mendengarkan. Manusia di ciptakan dengan dua telinga dan satu mulut. Ini adalah isyarat kita perlu mendengar dua kali sebelum berbicara satu kali. Mulut juga didisain tertutup sementara telinga kita dibuat terbuka. Ini juga pertanda bahwa kita perlu lebih sering menutup mulut dan membuka telinga.

Semua masalah yang terjadi di dunia ini senantiasa bermula dari satu hal: kita terlalu banyak bicara tapi kurang mau mendengarkan orang lain. Kita memiliki statement(pernyataan), tapi terlalu sedikit kemauan mendengakan pihak lain. Tetapi , mendengarkan dengan telinga baru merupakan tingkat pertama mendengarkan. Seperti yang ditunjukan cerita di atas, seoarng pemimpin bahkan dituntut untuk dapat memdengarkan hal-hal yang tak bisa didengarkan, menangkap hal–hal yang tak dapat di tangkap serta merasakan hal-hal yang tak dapat dirasakan oleh kebanyakan orang.

Sorang pemimpin perlu mendengarkan dengan mata. Inilah tingkat kedua memdengakan. Dalam proses komunikasi ada banyak hal yang tidak dapat dikatakan tapi sering ditunjukan dengan tingkah laku dan bahasa tubuh. Orang mungkin tidak mengatakan keberatan memenuhi permintaan anda, tapi bahasa tubuhnya menunjukan hal sebaliknya. Seorang karyawan yang merasa gajinya terlalu rendah mungkin tidak menyampaikan keluhannya dalam bentuk kata-kata tetapi dalam bentuk perbuatan Nah, kalau anda tidak dapat menangkap tanda-tanda ini. Anda belum memiliki kepakaan yang diperlukan sebagai pemimpin.

Tingkat ketiga adalah mendengarkan dengan hati. Inilah tangkat memdengarkan yang tertingi. Penyair Kahlil Gibran menggambarkan hal ini dengan mengatrtakan “ Adalah lebih baik untuk memberi jika di minta, tetapi jauh lebih baik bila memberi ta,mpa diminta.”Kita memberikan sesuatu kepada orang lain karena penghayatan, rasa empati serta kepekaan kita akan kebutuhan oranng lain. Disini orang tidak perlu mengatakan atau menunjukan apapun, kitalah yang langsung dapat mengankap apa yang menjadi kebutuhannya. Komunikasi berlangsung dari hati kehati dengan mengunakan “kecepatan cahaya”